Bagi yang menggemari fotografi biasanya sudah bisa menaklukkan masalah ISO untuk pemotretan di berbagai situasi. Apalagi pengaturan ISO semakin mudah dengan adanya kamera digital dan sistem otomatisnya. Tapi tahukah Kamu, ISO untuk merekam video itu tidak sama lho dengan memotret.
Pada foto, kita perlu settingan yang tujuannya memaksimalkan satu foto saja. Namun pada video, ISO sangat penting untuk membuat tampilan rekaman yang terdiri beberapa klip (yang kita gabung-gabungkan pastinya) bisa selalu konsisten meski mungkin beda situasi pencahayaan. Karena beda pencahayaan dikit dan salah memilih ISO, maka akan langsung terlihat noise-nya jumping dan seolah antara klip satu dengan klip lainnya tidak selaras, jadi semakin kelihatan seperti video amatir. Note: Semakin tinggi ISO maka semakin banyak noise.
Nah biar video kamu nggak amburadul dan bisa mempertahan feel yang konsisten, yuk pelajari dulu basic pemilihan ISO untuk syuting video!
Pertama, ketahui dulu native ISO kamera Kamu.
Apa itu native ISO?
Jadi beda kamera kan beda pembawaan nih biasanya, jadi sensitivitas ISO tiap kamera digital juga beda. Nah, biasanya tiap kamera punya “satu” nilai ISO tertentu yang paling enak dipakai, yang paling bikin oke hasilnya. Disebutnya sih “Native ISO”.
Konsep ISO adalah semakin tinggi ISO yang kamu gunakan, kamu bisa mendapatkan hasil rekaman yang lebih terang. Namun hal ini akan mendatangkan masalah baru yaitu banyaknya noise dan hilangnya kejelasan warna.
Nah, pada ketika kamu berhasil menemukan native ISO kameramu, maka kamu akan mendapatkan foto dengan eksposure yang baik tanpa harus mendapatkan terlalu banyak noise dan kehilangan kejelasan warna.
Masih bingung?
“Simpelnya, native ISO adalah nilai ISO paling optimal pada setiap kamera, dimana kamera akan bisa memberikan hasil terbaiknya ketika kita memilih ISO tersebut. Dan native ISO beda-beda tiap kameranya.”
Apakah native ISO pada kamera selalu pada satu angka itu saja?
Jawabannya tidak kalau kamera kamu Panasonic GH5S. Rata-rata kamera digital, apalagi yang low end, memiliki satu native ISO tapi Panasonic GH5S punya dual native ISO, yaitu ISO 400 dan ISO 2500.
Jadi Kamu bisa nge-shoot memakai ISO 400 lalu di scene lain memakai yang ISO 2500 kemudian menggabungkannya maka tidak akan terasa itu memakai dua ISO berbeda. Sehingga noise yang ada pada ISO 400 dan ISO 2500 nyaris sama.
Nyaris loh ya, jadi sebenarnya tetap berbeda. Bisa dibilang “dual native ISO” hanya sekedar bahasa marketing, dan kamu sebaiknya tetap mencari satu angka pasti native ISO dari kamera kamu dan selalu gunakan angka itu untuk amannya.
Bagaimana cara menemukan native ISO?
Seharusnya produsen sudah menyediakan info ini di spesifikasi kamera mereka, namun sayangnya jarang dipublikasikan. Kalau info ini tidak disediakan, salah satu pendekatan lain yang bisa digunakan adalah ISO grouping.
Cara ini memang membutuhkan effort lebih tapi ada keuntungan lainnya yaitu akan lebih mengenal kamera kamu sendiri. Cara simple-nya adalah trial and error, tes berkali-kali sampai mendapatkan angka yang pas.
Syutinglah dengan banyak variasi pencahayaan mulai dari low light hingga bright light. Gunakan setting ISO mulai dari 100 lalu naik 1 stop hingga maksimal untuk melihat perbedaannya.
Jangan lupa tes juga di situasi underexposed dan overexposed untuk mengetahui perubahan warna terhadap setiap angka ISO yang digunakan. Setelah itu lakukan “grouping”, alias kategorikan berdasarkan ISO yang kamu coba tadi, di ISO berapa saja kamera kamu bisa mendapatkan sedikit noise tapi masih mendapatkan eksposure yang pas.
Kalau di ISO 100-400 bisa memberikan hasil yang cukup optimal (sedikit noise) di kondisi terang, sementara ISO 500-600 tidak, maka tandai dan kelompokkan ISO 100-400 sebagai angka yang bisa kamu gunakan di situasi terang.
Kemudian coba di situasi dengan pencahayaan yang sedang, di range ISO berapa yang bisa memberikan hasil yang bisa diterima, hasil yang cukup konsisten. Jika pada range ISO 640-1600 bisa memberikan hasil yang tidak terlalu jauh bedanya (dalam hal warna dan noise) maka tandai kelompok angka ISO itu. Lakukan hal yang sama untuk situasi low-light juga.

Perlu dicatat, lakukan tes tersebut tanpa mengubah aperture, tanpa pakai filter ND dan lighting atau white balance harus sama. Ingatlah yang bisa diubah-ubah hanya ISO dan shutter speed.
Kenapa aperture jangan diubah?
Karena jika kamu mengubah aperture maka depth of field akan berubah dan noise-nya juga akan berubah. Coba juga di semua range shutter speed saat mengetes ISO lalu bandingkan dengan membuat grup seperti contoh di atas untuk hasil yang lebih lengkap.
ISO Grouping ini akan sangat membantu ketika kamu mulai syuting karena sudah tidak perlu trial error. Lakukan syuting dalam satu grup ISO untuk satu scene. Misalnya Kamu di situasi pencahayaan sedang, maka kamu bisa langsung memakai range ISO 640 untuk pencahayaan cukup dan ISO 1600 saat agak ow light sehingga kualitas footage tidak jumping dan warnanya sama.
Pastikan ISO di grup yang kamu pakai benar-benar sudah fix di segala situasi tanpa adanya noise. Selamat mencoba!